Kanaljateng.com - Media asing South China Morning Post menyoroti dukungan sebagian rakyat Indonesa terhadap Rusia yang menyerang Ukraina.
Dukungan ini berbanding terbalik dengan sikap resmi Indonesia di PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) soal perang Rusia melawan Ukraina.
Dalam forum PBB, Indonesia bersama 140 negara mendukung resolusi untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Tes PCR dan Antigen Resmi Dihapus dari syarat Wajib Perjalanan, Simak Ketentuannya sebelum Gagal Paham
South China Morning Post memberitakan tentang sikap Mako Setiawati (75 tahun), warga Situbondo, Jawa Timur.
Mako yang juga orang Tionghoa mengaku mendapat informasi dari aplikasi pesan China Weibo tentang sudut pandang Rusia menyerang Rusia.
Dalam pesan tersebut Rusia dianalogikan sosok ayah yang menderita dan menceraikan istrinya, Ukraina, yang tidak tahu terimakasih.
Baca Juga: Venna Melinda Larang Suami Baru Kebanyakan Merokok: Dengerin Kata Menna!
Sosok ayah lalu melunasi hutangnya, tapi mantan istri kemudian terlibat dengan pengganggu desa yang dianalogikan sebagai Amerika Serikat.
Sang istri lalu berteman dengan sekelompok pelacur (sekutu AS) dan menodai nama mantan suaminya tersebut.
Sang ayah yang kehilangan kesabaran menuntut istrinya anaknya (analogi Rusia mencaplok Krimea). Sang istri juga mulai memperlakukan anak-anak lainnya dengan buruk.
Baca Juga: Angelina Sondakh Jadi Perempuan Super, Apa-apa Kerjakan Sendiri
"Saya hampir tidak bisa bersimpati dengan Ukraina karena memperlakukan Rusia dengan buruk dan sekarang menuai buah dari penaburannya sendiri," kata Mako kepada SCMP dikutip dari Pikiran-rakyat.com dalam berita berjudul Media Asing Soroti Kenapa Orang Indonesia Dukung Invasi Rusia ke Ukraina, Vladimir Putin Pro Islam, Rabu, 9 Maret 2022.
Mako mengaku melihat banyak pesan dan video berbahasa Mandarin yang mendukung sudut pandang Rusia.
Dia menyamakan keputusan AS menyerang Irak pada tahun 2003 sama seperti menghancurkan pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Saya tidak melihat kesalahan apa yang dilakukan Rusia," ujar Mako.
Baca Juga: Airlangga Hartarto Perpanjang Masa Tambahan Subsidi Bunga KUR hingga Akhir Tahun
Sementara itu, Kezia Dewi, mahasiswa doktoral Indonesia di universitas Belgia KU Leuven, mengaku melihat banjir pesan pro-Putin yang dibagikan di grup media sosial, terutama oleh orang Tionghoa Indonesia.
"Meskipun studi empiris lebih lanjut diperlukan, tampaknya telah terjadi pergeseran sikap di antara orang Tionghoa Indonesia terhadap AS dan sekutunya sejak pandemi dimulai. Itu bertepatan dengan narasi agresif yang dikeluarkan oleh China yang menyangkal tuduhan bahwa itu adalah asal mula virus corona,” kata Kezia.
Kezia mengatakan banyak orang Tionghoa Indonesia bersikap defensif terhadap intimidasi AS yang dilakukan ke China.
Baca Juga: Menteri Agama Ingin Undang Paus Fransiskus ke Indonesia, Motifnya Sungguh Mulia
Di sisi lain, Muslim Indonesia juga bersikap sinis terhadap kebijakan luar negeri AS seperti di Afghanistan, Irak, dan Suriah. Rusia mendapat reputasi yang lebih baik di kalangan Muslim Indonesia.
Radityo Dharmaputra, kandidat doktor dalam ilmu politik di Institut Studi Politik Johan Skytte, Universitas Tartu, Estonia, mengatakan Rusia telah berusaha untuk meningkatkan citranya dengan dunia muslim setelah berakhirnya Perang Chechnya Kedua pada 2000.
"Ada persepsi Putin lebih pro-Islam daripada AS, meskipun ada noda yang diingat oleh generasi yang lebih tua ketika Rusia menginvasi Chechnya dan ketika Uni Soviet melakukan hal yang sama ke Afghanistan," kata Radityo.*** (Pikiran-rakyat.com/Julkifli Sinuhaji)
Artikel Terkait
Sindrom Air Mata Buaya Memang Ada dan Menyerang Pria Ini!
Bom Bunuh Diri Meledak di Masjid Syiah Peshawar, ISIS Tegaskan Bertanggung Jawab
Arab Saudi Cabut Aturan Covid-19, Bebaskan Pendatang dari Kewajiban Karantina dan Tes PCR
Washington Post Ungkap AS Pasok Senjata ke Ukraina Jauh-jauh Hari sebelum Diserang Rusia
Politikus Irlandia Kritik Standar Ganda Barat, Galak terhadap Rusia tapi Lemah Membantu Palestina